9/17/2009

Mengembangkan RT/RW Net di Karawang


Sumber: http://www.karawanginfo.com


Telukjambe Timur (KarIn) – Masih cenderung mahalnya ongkos akses internet berakibat pada cenderung masih terhambatnya masyarakat untuk menikmati berbagai manfaat dari teknologi internet ini. Terkait dengan itu, sebuah program bernama RT/RW-net merupakan solusi alternatif dalam hal tersebut. Tujuan utamanya yakni mempermudah masyarakat dalam menikmati layanan internet. Mempermudah dalam arti lebih hemat karena dijalankan secara swadaya masyarakat dengan cara patungan.

Menurut sumber-sumber yang KarIn telusuri, Istilah RT/RW-net ini muncul pertama kali pada tahun 1996 dari aktivitas Mahasiswa Universitas Muhammadyah Malang (UMM) yang menyambungkan koneksi internet dari kostan ke kostan. Pada perkembangannya kemudian, konsep ini berkembang dari mulai menggunakan kabel LAN sampai pada akhirnya mengoptimalkan teknologi wireless. Dalam perkembangannya itu pula kemudian muncul istilah dan perangkat pendukung seperti wajanbolic dan sebagainya. Yang pasti, pada intinya RT/RW-net merupakan kata lain dari menikmati akses internet dengan cara patungan atau udunan. Berbagi koneksi antar rumah dan membayar tagihannya secara bersama-sama.


RT/RW-net Ala Infeksys

Bagaimana dengan di Karawang? Walaupun cenderung telat setidaknya konsep RT/RW-net ini mulai dijalankan. Konsep ini mulai dikembangkan tahun ini oleh sebuah kelompok usaha yang bermarkas di Perumnas Blok J Telukjambe Karawang. Infeksys begitu mereka menamakan dirinya. Infeksys merupakan singkatan dari Internet Frekuensi System, merupakan unit usaha hasil kerjasama kemitraan antara Warnet CyberNet dengan CKSK Group.

“Awalnya idenya adalah pengen internetan gratis dan bagaimana caranya warga disini mengakses internet secara lebih murah,” Ujar Agung Setiawan, Koordinator Infeksys, menuturkan pada KarIn setelah Kopdar Komunitas Blogger Karawang pada hari Minggu 6 September lalu yang bertempat di Café Pet milik Infeksys di Perumnss Telukjambe.

Ide internet murah dengan mengandalkan swadaya masyarakat itulah yang menjadi latarbelakang Agung dkk melalui Infeksys-nya. Teknisnya, setiap warga berlangganan internet pada Infeksys dengan membayar tarif sebesar 75 ribu rupiah perbulan. Harga ini, menurut Agung lebih murah dibandingkan jika warga harus berlanggan secara langsung ke pihak provider yang harganya paling murah adalah sekitar 125 ribuan. Kenapa bisa lebih murah? Dengan sederhana, Agung menuturkan karena sifatnya swadaya dan atau patungan maka biaya jadi lebih ringan karena bebannya dibagi. Jadi simpelnya, Infekys yang menyewa ke provider dan lalu membaginya ke warga yang menjadi klien dari infeksys.

Lebih lanjut Agung menjelaskan, Warga Perumnas Telukjambe yang ingin mendapatkan layanan akses internet 24 jam dengan kuota tak terbatas atau unlimited ini, hanya harus mempunyai komputer (PC), sebebihnya pihak Infeksys sendirilah yang akan membangun instalasi untuk menyambungkan komputer di rumah warga tersebut dengan tower Infeksys yang ada di kantor Infekys yang beralamat di Perum Telukjambe Blok J No.14 ini.

Adapun, perangkat utama yang digunakan untuk menghubungkan sinyal internet tersebut adalah dinamakan Wajanbolic. Sebuah wajan (alat masak) yang dirakit dengan kabel dan tiang yang dipasang diatap rumah warga untuk menangkap sinyal yang dipancarkan oleh Tower Infeksys. Sejauh ini, Agung menuturkan bahwa towernya sudah menjangkau jarak sejauh 20 Meter yang berarti bisa mengcover hampir seluruh wilayah Perumnas Telukjambe. Karena itu pula, jangan heran jika Anda main ke Perumas Telukjambe jika menemukan wajan-wajan berada di udara.

Gambaran umum teknologi RT/RW-net (Sumber Gambar : http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Teknologi_RT/RW-net)

Gambaran umum teknologi RT/RW-net (Sumber Gambar : http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Teknologi_RT/RW-net)

“Kalau untuk warga kita kasih biaya yang relatif murah, kalau nggak punya komputer kita bisa bantu kreditin,” ungkap Agung yang juga menjelaskan bahwa tidak ada pungutan untuk pemasangan dan penyedian Wajanbolic tersebut. Dengan kata lain, pihak infekyslah yang menyediakannya, warga hanya dipungut 75 ribu rupiah perbulan untuk iuran wajibnya. Selama sebulan ini, sebanyak 15 warga (rumah) di Perumnas Telukjambe sudah menjadi klien dari Infeksys.

Selain menyediakan layanan berbayar, dalam rangka misi sosialnya dalam memasyarakatkan internet khusus di Karawang dan dimulai dari Perumnas Telukjambe, Infekys pun menyediakan layanan hotspot. Sebuah area hotspot yang bisa diakses secara gratis dengan jangkauan seluas 200 meter dari Tower Infeksys. Maka dari itu, tidak heran jika setiap malamnya menurut pengakuan Rudi, Humas Infeksys, banyak warga yang berhotspotan ria di sekitaran markas Infeksys ini.

Untuk menyambut gairah berhotspotan itu pula sekaligus dalam rangka promosi, disediakan café dadakan yang dinamai Café Pet yang diambil dari istilah Kapepet (mendesak). Akibatnya, sejak kemunculan infekys dengan layanan hotspot ini khususnya Area Blok J menjadi lebih ramai. Beberapa tempat makan, toko dan warung diseputaran Markas Infeksys menjadi lebih ramai dengan orang-orang yang internetan dengan laptop sambil jajan.

“Sistem hotspot ini berguna juga dalam membangun tali silaturahmi dan bahkan malah terjadi pertemuan bisnis antar warga,” tutur Rudi yang berharap juga dengan program ini sekaligus membangun komunikasi yang lebih erat antar warga, khususnya warga di perumahan yang selama ini cenderung dianggap individualis.

Sedangkan melalui konsep RT/RW-net nya, Rudi menuturkan bahwa selain menghemat biaya, program ini juga bisa mempercepat pertukaran informasi dan mendukung pemasyarakatan internet itu sendiri. “Kalau seandainya setiap kawasan itu punya zona hotspot sendiri, transformasi informasi diantara mereka bisa lebih cepat. Kalau kita ngambil sisi hiburannya, misalnya bisa main game online antar warga kan seru!” Ujar Rudi.

Prosfek RT/RW-net di Lokasi Lain di Karawang

Infeksys Perumnas Telukjambe
Apa yang dikembangkan Infeksys di Perumnas Telukjambe tentunya menarik jika dikembangkan dilokasi lainnya, khususnya di kawasan-kawasan yang ada di Karawang. Setidaknya, selain dalam rangka menawarkan solusi internetan lebih murah, program ini pun seperti yang diungkapkan Rudi dkk sekaligus akan lebih memasyarakatkan internet dalam rangka membuka arus transformasi informasi dan pengetahuan lebih luas bagi warga.

Terkait dengan hal ini, Rudi dkk mengatakan bahwa program ini sangat mungkin untuk dikembangkan diwilayah lainnya di Karawang. Syaratnya, ada warga yang memiliki kemampuan dibidang IT atau minimal basic untuk menggarapnya, dan dalam hal ini Infeksys siap untuk membantu baik dalam membangun instalasi hingga pelatihan untuk SDM-nya.

Lebih jauh, selain akan memberikan manfaat bagi warga sekitar, sistem ini pun dengan sendirinya akan membuka lapangan kerja. Setidaknya jika misalnya di desa atau perumahan tertentu ada yang menjalankan project ini, maka selain medatangkan penghasilan kepada si pengelolanya juga memberikan penghidupan bagi rekan-rekannya yang direkrut untuk membantunya. Lebih dari itu, warga sekitar pun bisa mengakses internet dengan harga yang lebih terjangkau.

“Minimal system RT/RW-net ini bisa dijalankan jika ada warga yang siap berlangganan minimal 10 orang. Ini terkait dengan biaya untuk patungan bayar akses ke providernya,” ungkap Agung.

Sejauh ini, dituturkan oleh Nurdin, Bagian Administrasi Infeksys, memang harus diakui bahwa Karawang sendiri kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang teknologi informasi untuk mengembangkan konsep ini. Akibatnya yang terjadi di lapangan, warnet menjadi satu-satunya layanan jasa untuk menjadi perantara antara warga dengan provider. Padahal, untuk di kota-kota lain seperti Jakarta, Yogyakarta dan Bandung misalnya konsep RT/RW-net ini sudah lama dijalankan, terutama di kawasan kost-kostan dan perumahan.

“Kalau untuk karawang sendiri sementara ini kebanyakan konsumennya kalau pun ada paling cenderung kalangan perumahan. Kalau di desa-desa sih kan kita bisa hitung berapa yang punya komputer. Kita kan internet sistemnya bayar patungan, kalau nggak ada teman berarti bayar sendiri,” terang Nurdin.

Terkait dengan warung internet (Warnet) dan apakah kemudian program RT/RW-net ini akan menyaingi atau bahkan mendesak usaha-usaha warnet, Rudi dari Infeksys mengatakan justru sebaliknya. Program ini menurut Rudi bisa juga dikerjakan oleh warnet, dimana warnet bertindak sebagai penyedia layanan untuk menghubungkan internet dari rumah ke rumah. Untuk itu pula Ia dan Infeksys siap bermintra dengan warnet ataupun pihak-pihak khususnya di Karawang yang ingin mengembangkan konsep ini. Adapun mekanismenya bisa disimak di weblognya Infeksys yakni www.infeksys-karawang.blogspot.com

Itulah sekilas program RT/RW-net khususnya yang mulai dipelopori oleh Infeksys di Karawang. Setidaknya, ini menjadi salah satu rujukan dan rerensi bagi Warga Karawang khususnya dalam mencari solusi alternatif dalam mengakses internet secara lebih hemat. “Kalau bisa buat swadaya masyarakat. Di kawasan yang mungkin tadinya untuk mengajukan internet secara formal susah, dengan ini ada yang mengelola jadi lebih memudahkan bagi masyarakat,” ungkap Rudi menutup obrolannya dengan KarIn pada kesempatan itu. (Deni Andriana)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © Berita Infeksys